Cerita legenda yang satu ini sudah sangat terkenal dan sudah kita dengar ceritanya saat masih anak – anak bukan. Cerita rakyat yang berjudul Malin Kundang ini memang sangat populer, bahkan kepopulerannya ini membuat ceritanya itu diangkat dalam pementasan drama. Tidak hanya dari dalam negeri saja tetapi juga di luar negeri pun dipentaskan, dengan menggunakan bahasa Inggris. Cerita legenda yang satu ini memang hanya sebuah dongeng, hanya isi dari cerita ini dapat memberikan pelajaran yang baik kepada anak – anak. Bagaimana untuk menghormati kedua orang tua dan juga tidak berlaku durhaka kepada kedua orang tua. Untuk kamu yang mungkin sudah lupa – lupa ingat dengan cerita Malin Kundang, simak ceritanya berikut ini.
Pada suatu hari di sebuah pesisir pantai yang berada di daerah Sumatera Barat, tinggal satu keluarga nelayan yang di dalamnya ada ayah, ibu serta anak laki – laki yang bernama Malin Kundang. Kondisi ekonomi dari keluarga tersebut memang jauh dari kata cukup dan bisa dibilang bahwa mereka ini segala kekurangan dalam kebutuhan sehari – harinya.
Karena kondisinya yang susah seperti itu, sebagai kepala keluarga sang ayah ingin memberikan perubahan kepada keluarganya. Agar kondisi ekonominya tidak lagi serba kekurangan, maka dari itu sang Ayah pergi ke negeri seberang. Membuat Malin dan juga ibunya hanya tinggal berdua di dalam rumah tersebut.
Waktu pun berlalu tidak terasa sudah satu tahun terlewati, tetapi sang ayah tidak kunjung datang bahkan memberikan kabar saja tidak. Pada akhirnya ibu dan Maling harus dapat menerima kenyataan akan Ayahnya tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu Malin pun tubuh dewasa dan menjadi pemuda yang bekerja keras. Menjadi anak yang tidak kenal lelah untuk membantu ibu dalam mencari pundi – pundi rupiah, lalu Malin pun memilih untuk merantau.
Pada awalnya sang ibu memang tidak mengizinkan Malin untuk merantau, hanya saja dengan berat hari ibu memberikan restu kepada Malin untuk pergi ke negeri seberang. Kepergian Malin tersebut dibarengi dengan janji yang diberikannya kepada sang ibu, bahwa dia akan datang kembali dan memberikan ibu kebahagian.
Tahun demi tahun pun berganti, dengan sabar sang ibu menanti dan menunggu kedatangan anak semata wayangnya tersebut. Pada suatu hari sang ibu mendengar kabar bahwa Maling ternyata sudah pulang dan datang di pelabuhan daerah rumahnya tersebut. Malin sudah datang dengan penampialn yang berbeda, dia menggunakan busana yang bagus juga berlayar dengan menggunakan kapal yang mewah. Tentunya ini menjadi perhatian para warga sekitar, pada akhrinya salah seorang warga ada yang mengenali wajah Malin Kundang.
Ketika ibu datang ke pelabuhan dan memanggil nama Malin Kundang, Malin tidak mengakui bahwa perempuan yang sudah beruban dan tua itu adalah ibu yang melahirkan dan merawatnya sedari kecil. Istri dari Malin sendiri menanyakan kembali apakah benar bahwa perempuan tua tersebut adalah ibunya, tetapi jawaban Malin tetap sama dan tidak mengakui bahwa dia adalah ibunya.
Kekecewaan yang sangat berat dirasakan oleh ibunda Malin dan dia berdoa kepada tuhan supaya anaknya tersebut diberikan hukuman yang setimpal. Lalu setelah satu hari berlalu dari kejadia tersebut, Malin Kundang, awak kapal, dan kapalnya tersebut terkena sambaran petir hingga berubah menjadi batu.
Ibunya yang melihat hal tersebut, percaya bahwa apa yang sudah terjadi itu adalah hukumah dari Tuhan karena kedurhakaan Malin yang tidak mengakui ibunya. Batu yang berada di pantai Sumatera Barat itu dipercaya menjadi batu Malin Kundang.
Komentar Terbaru