Sebuah legenda yang beredar di Indonesia memang seringkali menarik perhatian kita. Apalagi, jika cerita – cerota tersebut menarik dan sangat mudah dipahami.
Salah satunya adalah legenda Tujuh kepala ular yang mungkin belum banyak diketahui oleh orang. Legenda ini bisa jadi merupakan kenyataan atau memang hanya sebuah “Legenda” belaka.
Cerita ini bermula pada masa kerajaan Kutei Rukam di Bengkulu dimana hiduplah seorang Putra Mahkota Gajah Meram.
Ia berencana akan menikahi seorang putri dari kerajaan Suka Negeri. Ia lalu meminta para rakyatnya untuk mempersiapkan pesta yang megah.
Pada salah satu prosesi pernikaha, pengantin wanita dan pengantin pria sedang mandi di sebuah Danau bernama Danau Tes.
Saat sedang asyik berenang, tiba – tiba saja sang pangeran dan juga snag putri tersebut menghilang dan tak terlihat.
Karena khawatir dan kaget, semua tentara langsung melompat dan mencari putri dan pangeran tersebut di danau.
Mereka sangat heran kenapa tiba – tiba putri dan pangeran menghilang begitu saja. Hal ini lalu diketahui oleh raja dan raja merasa sangat sedih.
Ia lalu meminta semua prajurit yang ada untuk berenang dan mencarinya. Namun sayangnya mereka berdua tetap tidak ketemu.
Lalu, belakangan kemudian ada seorang lelaki suci tua yang datang mendekati raja. Ia lalu bilang ke raja bahwa putri dan pangeran yang mereka cari telah diculik oleh ular berkepala tujuh.
Ular tersebut merupakan raja ular dan memiliki banyak prajurit. Hanya ada satu orang yang bgisa menyelamatkan mereka, yaitu pemuda dengan keterampilan yang hebat dalam seni bela diri dan juga kekuatan gaib.
Pria muda yang kakek tersebut maksud ternyata merupakan putra bungsu sang raja bernama Pangeran Gajah Merik.
Ia juga diketahui merupakan salha satu murid dari kakek tersebut dan raja yang mendengar hal itu sangat tersentuh karena tahu bahwa Gajah Merik bersedia mencari hingga menemukan kakak laki – laki dan kakak perempuan iparnya.
Orang suci atau kakek tersebut juga memberi tahu Pangeran Gajah Merik agar mereka tidak takut kepada para bangsa ular.
Pangeran tersebut lalu langsung masuk ked alam danau dan melawan para tentara ular dengan gagah berani.
Tak ada seekor ular pun yang bisa melawannya karena ia sangat kuat. Ia bahkan bisa membunuh tentara ular tersebut dengan sangat mudah.
Setelah itu ia pun berhasil bertemu dan berhadapan langsung dengan sang raja ular. Raja ular atau ular berkepala tujuh itu sangat marah karena mengetahui semua tentaranya mati di tangan pangeran Gajah Merik.
“Hei, kamu manusia! Mengapa kamu membunuh semua prajuritku?” tanya raja ular.
“Mereka berusaha menghentikanku. Aku ingin membebaskan kakak laki-lakiku dan istrinya.”
“Aku akan membebaskan mereka. Tapi kamu harus melakukan dua hal. Pertama kamu harus membuat prajuritku yang mati hidup lagi. Dan kedua, kamu harus mengalahkan aku tentu saja. Hahaha.”
Dengan kekuatannya, Gajah Merik lalu menyentuh ular yang mati dan sesuatu yang ajaib terjadi. Ular yang mati tersebut hidup lagi kemudian raja ular serta pangeran berkelahi.
Raja ular hampir membuhnuh Gajah Merik dengan kekuatannya. Namuhn, karena Gajah Merik memiliki kesaktian yang lebih, ia memenangkan pertarungan setelah berkelahi selama 7 hari.
Gajah Merik lalu membiarkan para ular dan rajanya itu pergi dan membawa kakaknya serta istri kakaknya kembali ke istana.
Raja yang melihat mereka kembali snagat senang dan berencana menjadikan kakaknya, Gajah Meram menjadi raja berikutnya.
Namun Gajah Meram menolaknya dan berkata bahwa Gajah Merik atau adiknya lah yang lebih pantas menjadi raja berikutnya.
Gajah merik setuju untuk menjadi raja berikutnya dan meminta ayahnya untuk membiarkan para ular menjadi prajuritnya.
Itulah cerita legenda mengenai ular berkepala tujuh. Semoga bermanfaat.
Komentar Terbaru